JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Natanyahu kirimkan wakil untuk negosiasi dengan Hamas pasca ancaman serangan Iran dan sekutunya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Netanyahu setelah Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat meminta Israel dan Hamas untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Pemanggilan ini kembali dilakukan pda kedua belah pihak karena pemboman Israel yang terus berlanjut di wilayah tersebut telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi regional lebih lanjut.
Rencananya pembicaraan perundiangan yang digagas oleh 3 negara tersebut akan digelar pada tanggal 15 Agustus mendatang di Doha atau Kairo.
Menurut perwakilan ke tiga negara tersbut menyampaikan bahwa sudah waktunya untuk menyelesaikan perjanjian gencatan senjata dan membebaskan sandera dan tahanan.
“Kami telah bekerja selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan kerangka kerja dan sekarang sudah ada di atas meja, hanya rincian implementasi yang belum ada,” tambahnya seperti dilansir Alzajeera.
Meskipun pihak Israel mengatakan akan mengirimkan utusannya, namun pihak Hamas masih belum memberikan responnya
Akan tetapi Rami Khouri, seorang profesor di Universitas Amerika di Beirut, mengatakan waktu pernyataan tersebut kemungkinan merupakan cerminan dari tekanan yang dihadapi Biden.
Menurutnya pemilihan tanggal 15 Agustus merupakan sebuah strategi dari pihak Amerika terkait pemilihan yang akan segera digelar.
“15 Agustus datang hanya beberapa hari sebelum Demokrat akan mengadakan konvensi nasional mereka di Chicago, Illinois. Pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza dapat memicu perselisihan dan protes di konvensi tersebut, yang dirancang sebagai platform untuk kampanye presiden Harris,” tambahnya.
Salah satu pejabat senior Joe Biden menyampaikan semua pihak harus bekerja sama dan membedah setiap poin dari perjanjian yang dijukan.